Salah satu yang perlu dipikirkan dalam proses menuju pernikahan adalah cincin kawin. Seperti kita tahu, cincin dalam perkawinan merupakan hal penting, yaitu sebagai simbol keterikatan hubungan suami-istri.
Banyak pasangan memilih cincin emas sebagai cincin perkawinan. Namun, sebenarnya ada opsi lain, yaitu cincin palladium. Lalu apa bedanya dan mana yang lebih baik? Simak penjelasan berikut, ya!
Pengertian Cincin Palladium
Lalu bagaimana dengan cincin palladium? Palladium adalah salah satu logam mulia yang memiliki warna putih menyerupai perak. Disebut sebagai logam mulia karena palladium masuk dalam Platinum Group Metal atau Logam Golongan Platina. 5 unsur lainnya adalah ruthenium, rhodium, osmium, iridium, dan platina.
Warna yang dimiliki palladium memang putih alami dan tidak mudah pudar. Warna alaminya tersebut dapat mengubah warna kuning pada emas menjadi putih. Sifat kekerasan logam mulia ini lebih tinggi dibandingkan dengan emas dan perak. Dalam deretan logam mulia, emas dan perak dibentuk dari rhodium.
Saat ini, palladium sudah mulai dilirik sebagai alternatif terbaik dari emas putih. Hal tersebut menyebabkan harga palladium meroket. Ketersediaannya di alam pun tidak begitu melimpah. Membutuhkan waktu yang lama untuk menambang palladium.
Baca Juga: 7 Tips Memilih Cincin Berlian
Walaupun harganya lebih murah dari emas putih, cincin kawin palladium memiliki ketahanan yang tak kalah dibandingkan emas putih. Palladium termasuk kategori logam mulia yang tahan terhadap korosi dan oksidasi sehingga lebih tahan lama dan kuat.
Tak hanya itu, palladium termasuk logam yang hypoallergenic, yaitu logam yang aman bagi beberapa orang yang alergi terhadap logam tertentu. Jadi, palladium tidak akan menimbulkan reaksi alergi apapun, seperti gatal atau kemerahan saat digunakan.
Sejarah Cincin Palladium
Cincin dengan logam palladium diketahui pertama kali dibuat pada 1803 oleh William Hyde Wollaston. Sejak saat itu, temuannya disebut sebagai logam putih yang berkilau dan langka. Awalnya Wollaston menemukan logam palladium dan diberi nama asteroid pallas.
Wollaston menemukan asteroid pallas atau palladium di sela – sela biji platina. Kemudian asteroid pallas diekstrak dengan beberapa bahan kimia. Bahan kimia tersebut berupa amonium kloroplatinat, natrium hidroksida dan ammonium klorida.
Seiring berkembangnya zaman, palladium pun mendunia dan banyak yang mengincar logam ini, terutama negara Rusia yang menjadi pemasok palladium terbesar di Eropa.
Dengan maraknya logam palladium di awal abad 20, membuat logam ini pun dijadikan sebagai cincin nikah. Namun, konsep cincin nikah palladium dengan low cost wedding. Konsep low cost wedding ini menggunakan cincin palladium yang belum dikembangkan atau dicampur dengan emas.
Cincin nikah palladium yang beredar di pasaran tidak murni dari material palladium, tetapi sebagai bahan campuran logam emas. Karakteristik dari cincin nikah ini mempunyai warna yang jauh lebih mengkilap dari emas kuning.
Begitulah perbedaan antara cincin emas dan palladium. Setelah mengetahui pengertian dan sejarahnya, lalu jenis cincin apa yang ingin kamu pilih? Jangan salah pilih, ya! Sebaiknya, tetap diskusikan urusan ini dengan pasangan.
Pengertian dan Jenis Cincin Emas
Secara umum, pasangan mempelai cenderung memilih emas sebagai cincin perkawinan, yaitu emas putih dengan berbagai karat dan varian bentuk yang kemudian menentukan harganya. Ini tidak lepas dari popularitas emas sebagai perhiasan.
Cincin emas terbuat dari beberapa perpaduan. Emas putih 18 karat, misalnya, merupakan perpaduan 75% emas murni dan 25% logam lain berwarna putih, seperti nikel.
Hampir semua emas putih dilapisi oleh rhodium untuk membuat warna putih tahan lama dan semakin berkilau. Saat kamu dan pasangan memilih emas putih, ada baiknya untuk selalu melakukan perawatan secara rutin untuk mempertahankan warna putih pada cincin kawin kamu.
Selain cincin emas putih, ada pula jenis cincin emas kuning. Secara umum, keduanya sama. Namun ada beberapa perbedaan di antara keduanya:
1. Tampilan Fisik
Perbedaan pertama bisa dilihat secara fisiknya. Jika emas putih dibuat dengan campuran khusus seperti alloy atau bahkan palladium untuk mendapatkan hasil sempurna, emas kuning tidak seperti itu. Karena itu, cincin emas kuning cenderung tidak membuat alergi penggunanya.
2. Kadar Emas
Tidak seperti emas kuning yang bisa dibuat dengan kadar kemurnian hingga 95%, cincin emas putih dibuat maksimal rata-rata hanya memiliki kemurnian sampai 75%.
3. Harga
Cincin emas putih dan emas kuning memiliki harga yang berbeda. Dengan komposisi bahan yang berbeda, keduanya memiliki harga yang tak sama.
Cincin emas putih juga memiliki beberapa kelas atau grade. Seperti emas putih standar atau emas putih premium. Dua jenis emas ini dibedakan berdasarkan bahan campurannya.
Sejarah Cincin Emas
Sejak dahulu kala, perhiasan yang terbuat dari logam-logam berkilauan sudah digunakan orang untuk mengekspresikan kekayaan taraf kehidupan. Pada mulanya, orang-orang menggunakan bahan-bahan seperti cangkang kerang yang dirangkai sedemikian rupa hingga bisa diuntai dan dikenakan.
Namun, seiring berjalannya waktu, tren ini berubah. Orang-orang mulai melirik berbagai logam untuk dijadikan perhiasan. Setidaknya, pada tahun 4700 SM emas pertama kali dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan perhiasan.
Emas tergolong sebagai logam yang lunak. Dalam prosesnya, emas dicampurkan dengan logam lain untuk membuatnya lebih kuat. Istilah yang sering digunakan untuk menyebut kadar emas suatu perhiasan adalah emas muda dan emas tua.
Emas muda dikenal sebagai perhiasan dengan kadar emas di bawah 42%, sedangkan emas tuas adalah perhiasan dengan kadar di atas 42%. Namun hal tersebut sifatnya tentatif. Karena beberapa sumber juga menyebutkan bahwa emas muda dan emas tua digolongkan atas tolak ukur kadar emas 70%. Artinya jika dibawah 70% disebut sebagai emas muda dan di atas tolak ukur tersebut disebut sebagai emas tua.
Hal ini tentunya berpengaruh untuk segi harga perhiasan. Emas tua yang diketahui lebih banyak kadar emasnya tentu memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan emas muda dengan kadar emas yang lebih sedikit dibanding emas tua.
Sejak awal ditemukan, perhiasan emas terus mengalami perubahan tren hingga saat ini. Beda zaman, beda juga jenis, bahan, dan desain perhiasan emas yang digunakan.
(May Rahmadi)
Baca artikel terkait:
Comments